Selasa, 08 Januari 2013

“Awul-awul” jadi Kedok Kecurangan Butik


Fenomena tren awul-awul memang semakin pesat berkembang. Tetapi ternyata di sisi lain fenomena tersebut memiliki dampak pada beberapa aspek yang ada dalam lingkup masyarakat. Keadaan awul-awul yang memberikan harga paling minimal ini menjadi sasaran manis pihak-pihak yang sengaja berbuat curang. Barang dengan kualitas baik dan harga murah yang tak kalah dengan pakaian-pakaian toko atau butik ini  menjadi alasan kecurangan ini terjadi.




Ungkapan penjaga awul-awul ini  (SR) mengatakan, “Ada beberapa butik yang mengambil baju dari tempat ini. Biasanya pesan kalau tidak ya mengambil langsung dari tempat ini,” ungkapnya. Ungkapan tersebut memberikan fakta baru bagi masyarakat. Keberadaan butik di daerah Yogyakarta sudah mencapai ratusan dan peminatnya juga tidak sedikit. Kehadiran fakta baru tersebut mematahkan beberapa anggapan masyarakat yang selama ini menganggap bahwa butik selalu menjual barang-barang baru. Memang tidak semua butik melakukan itu namun setidaknya fakta kecurangan dari beberapa pihak pemilik butik memang ada. Keinginan untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya menjadikan dasar mereka memilih jalan ini.

Beberapa pihak butik yang menjadi opnum kecurangan ini biasanya sengaja membeli lusinan baju dari awul-awul ini. Kemeja, jaket, celana dan pakaian lain yang biasanya dicari konsumen akan menjadi target barang-barang yang akan dijual dan diperbaharui lagi layaknya barang baru. Harga modal pakaian awul-awul yang bisa ditekan seminimal mungkin menjadi faktor mereka menjalankan misinya. Sangat berbeda ketika mereka harus membeli pakaian baru yang cenderung akan lebih mahal. “ Diamati aja, orang yang beli pakaian banyak , biasanya bakal dijual lagi, “ ujar SR.




Keadaan ini jelas memberikan kerugian besar bagi masyarakat yang menjadi konsumen. Konsumen yang menjadi sasaran pasar ini akan sangat merasa terbohongi ketika fakta ini dapat diungkap lebih dalam lagi. Hal ini menjadikan masyarakat harus lebih pintar lagi dalam membeli kebutuhan sandang mereka. Butik dengan image barang barunya ternyata tidak serta memberikan jaminan bagi pembelinya. Kejelian kita dalam memilih pakaian mungkin perlu kita terapkan sehingga kita tidak menjadi konsumen yang bisa dibohongi. 

penulis Rizky Amalia (153100138)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar